XposeTV//Boalemo – Program Smart School yang kini mulai berkembang di berbagai wilayah Indonesia, berakar dari sebuah inisiatif sederhana yang dimulai sejak tahun 2016 di SMPN 12 Wonosari, Kabupaten Boalemo.
Sekolah yang terletak di daerah terpencil ini saat itu belum memiliki akses digital maupun jaringan komunikasi. Namun berkat visi kepala sekolahnya, gagasan untuk memajukan pendidikan berbasis teknologi mulai dirintis dari nol.
Cerita inspiratif ini disampaikan oleh Bupati Boalemo, Rum Pagau, saat acara peluncuran Smart School oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Prof. Abdul Mu’ti, M.Ed., yang berlangsung di Pantai Bolihutuo, Kecamatan Botumoito, Rabu (11/6/2025).
“Alhamdulillah, inilah cikal bakal Smart School yang kita resmikan hari ini,” ujar Bupati Rum Pagau dalam sambutannya.
Baca Juga: Bupati dan Wabup Boalemo Tinjau Kesiapan Launching Nasional Smart School di Pantai Bolihutuo
Menurut Bupati, kepala sekolah SMPN 12 Wonosari pernah dinobatkan sebagai kepala sekolah terbaik se-Indonesia pada tahun 2018. Penghargaan tersebut membukakan jalan bagi sang kepala sekolah untuk bertemu langsung dengan Pimpinan PT Telkom dan menyampaikan tantangan pendidikan di daerahnya. PT Telkom kemudian turun langsung ke lapangan dan memberikan dukungan infrastruktur digital untuk sekolah tersebut.
Namun di tengah kemajuan digital, Bupati Rum Pagau mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara teknologi dan kemampuan dasar.
“Meskipun ke depan generasi kita menguasai digitalisasi, tetapi keterampilan menulis secara manual tetap harus dikuasai,” pesannya.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi dalam membangun pendidikan karakter yang seimbang dengan literasi digital.
“Mari kita kembangkan bersama pendidikan karakter dan pendidikan digital. Insya Allah, ini akan menciptakan generasi terbaik di masa mendatang,” ujarnya.
Lebih lanjut, Bupati berharap kehadiran Menteri Pendidikan di Boalemo dapat menjadi pendorong bagi kemajuan pendidikan di wilayah tersebut, dalam rangka menyongsong Indonesia Emas 2045. Ia pun menyampaikan kendala fiskal yang dihadapi daerah.
“Anggaran pendidikan memang besar, tetapi untuk bidang lain seperti gaji guru masih sangat terbatas. Hal ini karena sebagian dana kami ditarik ke pusat, sementara daerah kami tidak memiliki perusahaan besar kami hanya mengandalkan sektor pertanian dan sumber daya manusia,” jelasnya.
Ia berharap Menteri Pendidikan dapat menyampaikan aspirasi ini kepada Presiden, agar ke depan kebijakan fiskal lebih berpihak pada daerah-daerah yang masih berkembang.(FM)