Misteri Kampung Bakole Soppeng : Tanah Yang Berbisik, Leluhur Yang Menjaga

  • Whatsapp

SOPPENG, 04 April 2025 – Hilang termakan waktu di tanah yang dahulu ramai dengan suara anak-anak berlari, di bawah pohon-pohon yang rindangnya pernah menjadi naungan, Bakole kini hanya tinggal dalam bisikan angin. Tanah ini tidak mati, hanya diam. Leluhur tidak pergi, hanya menunggu.

Dahulu, Bakole bukan sekadar tempat. Ia adalah kehidupan. Di sini, petani menanam mente dan kemiri dengan doa. Pohon kelapa dan jati tumbuh dengan restu leluhur. Sungai yang tak pernah berhenti mengalir menjadi saksi, bahwa tanah ini pernah subur oleh kerja keras, kebersamaan, dan keberkahan.

Namun kini, di atas nama konservasi, perkebunan leluhur dibabat. Mente dan kemiri yang dahulu memberi kehidupan kini layu dalam kesunyian. Pohon-pohon ditebang, dan tanah ini perlahan kehilangan napasnya.

kampung bakole
salah satu lokasi kampung bakole yang hilang

TANAH SAKRAL MARIO RIAWA

Bakole adalah bagian dari Mario Riawa, tanah yang bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi pusat keseimbangan antara manusia dan alam. Di sini, bukan manusia yang menguasai alam, tetapi manusia yang menyatu dengan alam.

Di malam hari, kalong (kelelawar) berterbangan di atas langit Lejja, menjadi penjaga tak kasat mata, tanda bahwa alam masih berbicara kepada kita. Di siang hari, hutan berbisik dengan suara angin yang membawa cerita masa lalu.

“Jangan kau sentuh tanah ini dengan keserakahan, karena setiap jejak kaki yang menginjak tanpa restu leluhur akan membawa beban sejarah.”

Leluhur kami percaya, bahwa siapa yang mengabaikan warisan tanah ini, ia telah menutup mata terhadap darah yang mengalir dalam tubuhnya sendiri.

KEBUDAYAAN YANG TAK BOLEH TERHAPUS

Di Bakole, budaya bukan sekadar perayaan. Ia adalah roh dari tanah ini.
Di tanah ini, Mappadendang bergema setelah panen, tabuhan lesung menjadi tanda syukur kepada bumi.
Di sungai yang mengalir, Mappatojang dimainkan, perlombaan perahu tradisional yang menyatukan jiwa-jiwa yang mencintai air.
Di malam-malam sakral, doa-doa dipanjatkan kepada penjaga alam, kepada arwah leluhur yang tak pernah benar-benar pergi.

Bagaimana mungkin tanah yang memiliki jiwa seperti ini diabaikan?
Bagaimana mungkin pohon-pohon yang ditanam dengan harapan ditebang atas nama pembangunan?
Bagaimana mungkin kebudayaan yang begitu kuat akar-akarnya dibiarkan mengering?

SERUAN UNTUK PARA PEMEGANG KEWENANGAN

Kepada Pemda dan BKSDA, dengarlah suara tanah ini.
Konservasi tidak boleh hanya berbicara tentang hutan, tetapi juga tentang manusia yang menjaganya.
Pembangunan tidak boleh hanya bicara tentang fasilitas, tetapi juga tentang identitas.

Kami tidak menolak kemajuan, tetapi kami menolak penghapusan sejarah.
Kami tidak melawan hukum, tetapi kami melawan ketidakadilan terhadap warisan leluhur kami.

Tanah ini masih berbisik.
Kalau kalian lupa, leluhur tidak akan lupa.

Bakole tidak mati. Ia hanya menunggu kita mengingatnya.

 

Artikel ini bukan hanya untuk dibaca, tetapi untuk direnungkan. Karena ketika kita melupakan Bakole, kita juga melupakan siapa diri kita.

 

🇮🇩 CATATAN REDAKSI: 🇮🇩 Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita dan atau konten video tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi dan/atau hak jawab kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers.👍 Artikel/berita yang dimaksud dapat dikirimkan melalui email redaksi: xposetv0@gmail.com. Terima kasih.👍👍👍

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar

  1. Simply wish to say your article is as amazing The clearness in your post is just nice and i could assume youre an expert on this subject Well with your permission let me to grab your feed to keep updated with forthcoming post Thanks a million and please carry on the gratifying work