Jangankan Kompor Listrik, Warga Desa Ilomata Bonebol Bahkan Tak Mampu Beli Gas Elpiji Bersubsidi

  • Whatsapp

Loading

XposeTV// Gorontalo– Sejumlah warga Desa Ilomata, Kecamatan Bulango Ulu, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol), Provinsi Gorontalo mengeluhkan mahalnya gas elpiji 3 kilogram. Tidak hanya mahal, gas melon ini sangat sulit didapatkan.

Bacaan Lainnya

Dengan begitu, saat ini warga Desa Ilomata masih menggunakan tungku konvensional untuk aktivitas masak-memasak. Tungku tersebut berbahan bakar kayu yang mereka dapatkan dari hutan.

Baca Juga: antrean-bbm-bersubsidi-di-spbu-gorontalo-mengular-pengecer-ikut-ikutan-naikkan-harga

Kebetulan, posisi Desa Ilomata sendiri sangat dekat dengan Hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW). Meski begitu, mereka kerap kesusahan mencari kayu bakar saat musim hujan.

“Gas Elpiji di sini sangat mahal, bisa sampai Rp35 ribu per tabung gas. Memang kami sudah terbiasa menggunakan kayu bakar. Tapi yang susah ketika musim hujan,” kata Bahtiar Musa, Senin (19/09/2022).

Menurutnya, jika tabung gas elpiji mahal diakibatkan tidak adanya pangkalan resmi di desa tersebut. Selain itu, akses jalan menuju Desa Ilomata cukup sulit.

Jalan dengan kondisi terjal membuat mereka harus ekstra hati-hati. Selain terjal, desa itu cukup jauh dan terisolasi.

Baca Juga: 176-pengajuan-dispensasi-pernikahan-usia-dini-hamil-di-luar-nikah

“Orang yang menjual gas elpiji di sini, mereka beli dari pangkalan kemudian dijual lagi. Tidak gampang membawa gas itu sampai ke sini, sebab, medan cukup sulit dan jauh, harga tabung gas warna merah mudah yang lebih mahal lagi di sini,” tuturnya.

Warga Desa Ilomata
warga Desa Ilomata masih menggunakan tungku konvensional untuk aktivitas masak-memasak

Warga desa ilumata kesulitan Sinyal HP

Bukan hanya sulit mendapatkan gas elpiji, di Desa Ilomata juga sangat sulit mendapatkan sinyal handphone. Warga sekitar harus rela naik ke atas gunung demi mendapatkan sinyal.

“Kalau kami mau menelepon keluarga yang jauh, harus naik gunung dulu baru bisa dapat sinyal,” imbuhnya.

Kondisi seperti ini, kata Bahtiar, sudah dirasakan warga Desa Ilomata sejak lama sekali. Jadi untuk menerima telepon mereka harus janji terlebih dahulu.

“Biasanya kalau kami yang ditelepon seseorang, harus janji terlebih dahulu. Agar kami bisa menunggu telepon itu di atas gunung,” ungkapnya.

“Saya berharap pemerintah bisa memperhatikan ini. Artinya pembangunan harus merata,” ia menandaskan.

(red/*/zepry)

🇮🇩 CATATAN REDAKSI: 🇮🇩 Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita dan atau konten video tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi dan/atau hak jawab kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers.👍 Artikel/berita yang dimaksud dapat dikirimkan melalui email redaksi: xposetv0@gmail.com. Terima kasih.👍👍👍

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *