Seharusnya, kata Gus Din yang UMKM yang bisa mengutang adalah UMKM yang sudah berjalan lima tahun ke atas dan membutuhkan pelebaran usaha. Tapi lucunya, para start up malah dijejali hutang dan iming-iming bunga rendah yang menyebabkan terus terjebak hutang.
“UMKM Stimulus ini jarang yang berhasil, karena banyak praktek analisa kredit perbankan yang terlalu longgar. Makanya, UMKM tidak pernah berkembang cepat di Indonesia,” tandasnya.
Ketiga katanya, adalah UMKM Project / Proposal, yang mana pelaku UMKM ini menerima bantuan modal UMKM secara cuma-cuma dari pemerintah. Bahkan, mendapatkan modal bantuan uang atau alat-alat produksi/olahan secara cuma-cuma.
“UMKM Project ini sifatnya tumbuh sesaat dan kemungkinan besar akan gagal. Sebab, tidak memiliki jiwa-jiwa enterpreneur UMKM, maka geraknya manja dan mudah putus asa jika ada kendala di lapangan,” ujar Gus Din, Sarjana Ilmu Politik FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) ini.
Dalam rangka penguatan untuk menuju UMKM Tangguh dengan berbasis platform digital teknologi, diperlukan pelatihan dan sarana teknologi digital. Sehingga katanya, pengetahuan kepada UMKM tentang digital teknologi semakin meningkat.
Kata Gus Din digital teknologi atau bisnis UMKM berbasis virtual account dan dompet digital hanyalah sarana efektifitas, efisiensi dan peningkatan produktifitas. Tujuannya, agar terjadi penumpukan modal dan kapital yang menjadi nilai lebih, jika dilihat dari sudut pandang pertentangan ide Karl Marx dan Adam Smith.