XposeTV – Gorontalo. Mohuntingo dan Moluna adalah upacara adat Gorontalo penanda memeluk Islam, khitan dan menggunting rambut pada anak perempuan usia 7-40 hari tradisi adat Gorontalo, Moluunapun dilakukan kepada anak usia berusia 10 sampai 12 tahun.
Zaman dulu, tradisi Moluuna (Khitan) suku Gorontalo ini dapat dilakukan pada anak laki-laki usia 6 hingga 10 tahun, kemudian Mohuntingo juga salah satu ritual menggunting rambut pada anak-anak Gorontalo, seperti yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Suka Damai Kecamatan Bilato pada Selasa, (20/09).

Mohuntingo (mengunting) dan Moluuna (khitan) sebuah upacara adat gorontalo penanda memeluk Islam ini telah menjadi sebuah kewajiban bagi muslim di Gorontalo sejak zaman nenek moyang. Pasalnya, upacara ini dianggap sebagai salah satu penanda memeluk Islam. Juga pembentukan moral, dan pemantapan nilai-nilai ajaran Islam yang harus dilaksanakan oleh muslim Gorontalo.
Baca Juga: min-2-boalemo-segera-memiliki-gedung-baru-2-lantai-2
Setelah melaksanakan proses menggunting rambut, anak laki-laki maupun perempuan akan di doakan sesuai dengan syariat Islam. Diawali dengan mengelilingi para imam dan pemangku adat, anak laki-laki ataupun anak perempuan tersebut akan di doakan oleh setiap imam dan pemangku adat .
Tak lupa pula dengan Moluuna (khitan) dia juga akan mendapatkan ilmu tentang hukum tahara, dimana dirinya harus menjaga kesucian, terutama saat sholat, misalnya, penis harus selalu dicuci atau dibersihkan setelah buang air kecil, agar tetap suci saat hendak melaksanakan sholat. Apabila dilihat dari sisi kesehatan, ini tentu memiliki dampak positif karena telah mengajarkan anak laki-laki tentang menjaga alat reproduksinya sejak dini.
Baca Juga: dua-pekan-polres-kediri-kota-amankan-belasan-pengedar-narkoba
Sebagian besar orang tua di Gorontalo masih memiliki keyakinan turun temurun terkait waktu pelaksanaan Moluuna (khitan). Jika khitan dilakukan pada pagi hari maka darah yang di keluarakan lebih banyak, dibandingkan pada sore hari. Mereka meyakini hal ini ada hubungannya dengan pasang surut air laut.
Tak hanya waktu, pemilihan hari khitan juga mengenal istilah hari baik dan buruk. Suku Gorontalo menilai hari terbaik untuk melakukan moluuna (khitan) adalah Jumat. Sementara, hari buruk untuk melakukan khitan dikenal dengan istilah gorontalo lowanga dan kalesua.
Pada saat lowanga artinya (bahaya kesialan) yang terjadi tidak seberapa, tetapi kalesua artinya (tidak bisa). Adapun pemilihan hari tersebut didasarkan pada peredaran bulan.
Awalnya, proses Moluuna dilakukan menggunakan alat tradisional oleh dukun, Namun, seiring perkembangan zaman, tradisi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat, meski begitu, masih ada beberapa orang yang tetap melakukannya secara tradisional sesuai adat dan tradisi suku gorontalo.
Mohuntingo (menggunting) dan moluuna (khitan) kedua – duanya adalah upacara adat tradisional yang dilaksanakan oleh suku gorontalo khususnya masyarakat Provinsi Gorontalo secara turun temurun.
(Zepry)





































