“Di level provinsi, BKKBN Jatim juga telah membentuk tim ahli dari unsur perguruan tinggi dan kita siap mendampingi 18 wilayah Kabupaten Kota dengan irisan kriteria prevalensi stunting, AKI dan AKB tinggi, serta daerah yang termasuk dalam kemiskinan ekstrim,” jelas Bu Erna.
BKKBN Jatim sampai saat ini telah membentuk 31.243 tim pendamping Kelurga dan sedang membetuk Tim Percepatan Penurunan Stunting yang nantinya akan berkolaborasi dengan Konsorsium Perguruan Tinggi. Untuk dukungan pendanaan, BKKBN Jatim telah menyiapkan DAK BOKB yang didistribusikan ke 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur.
Dalam dialognya, Mujahir Efendy berharap, setelah Presiden menerbitkan Perpres No. 72 tentang Percepatan Penurunan Stunting dan BKKBN diberi mandat untuk menjadi ketua aksi tersebut, kita semua bisa bergerak bersama untuk memperbaiki SDM generasi selanjutnya.
Indonesia menjadi negara yang kurang maju karena sebagian SDM masyarakat Indonesia saat ini, dulunya adalah mantan stunting.
“Pak Presiden sangat ingin menurunkan stunting itu karena Beliau berharap pada tahun 2045 anak-anak kita bisa menjadi SDM yang tangguh. Karena hanya itu cara agar negara kita bisa berkompetisi dengan negara lain dan menjadi bangsa yang besar,” terang Mujahir Efendy.