“Saya harapkan bapak ibu sering – sering turun ke pasar. Tanya informasinya kalau perlu dengan pedagang. Nah dari situ kita paham apa yang menjadi masalah ini. Sehingga kita bisa mengambil langkah yang lebih efektif dalam menyelesaikan permasalahan ini”, timpalnya.
Ia juga mengambil contoh terkait kondisi komoditi di Kab. Bengkayang. Dimana harga daging ayam ras mencapai 50 ribu rupiah per kilo, padahal di wilayah tersebut ada perusahaan besar pembudidaya ayam yakni PT Charoen Pokphand Jaya Farm.
“Jadi, ternyata _demand_-nya adalah Pontianak. Ayam, dikirim dulu ke Pontianak barulah dikirim lagi ke kabupaten – kabupaten lain termasuk Bengkayang sendiri. Nah ini kan tidak perlu. Jadi kita diskusi meminta mereka untuk memberikan kuota lokal langsung ke Kab Bengkayang. Hal – hal seperti ini, sebagai pemimpin kita harus jeli. Banyak – banyak diskusi dengan BPS dengan BI dan stakeholder lainnya”, tuturnya.
Terkait dengan Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah, dirinya sependapat dengan implementasi modernisasi sistem keuangan tersebut. Hal ini sejalan dengan semangat digitalisasi penyelenggaraan pemerintahan yang telah dilaksanakan oleh Pemprov Kalbar, yang berhasil meraih Juara ke-2 dalam implementasi Sistem Pemerintahan berbasis Elektronik (SPBE) yang hanya 1 strip dibawah DKI Jakarta.