“Contohnya saja SPBU yang di Kota Gorontalo, dari pagi hingga malam hari pasti kendaraan mengantre panjang,” kata Jefri.
“Paling banyak yang mengantre adalah kendaraan yang menjual kembali BBM itu. Karena pengecer akan menaikan harga lebih mahal,” ungkapnya.
Sementara itu, pengecer BBM bersubsidi jenis pertalite di Gorontalo juga ikut menaikkan harga. Harganya pun bervariasi, tergantung kapasitas wadah tempat BBM tersebut.
Baca Juga: erick-thohir-heran-ada-isu-daya-listrik-450-va-dihapus
Saat ini, BBM dalam botol ukuran satu liter, dijual dengan harga Rp13 ribu per botol yang sebelumnya hanya Rp10 ribu. Sementara botol dengan kapasitas satu liter setengah dijual dengan harga Rp20 ribu rupiah yang sebelumnya dijual Rp15 ribu.
“Mau tidak mau kami harus menaikkan harga lebih tinggi dari harga SPBU, karena kami harus rela mengantre lama,” kata salah satu penjual BBM eceran yang namanya tidak mau disebutkan.
Menurutnya, saat ini mereka mendapat keuntungan dari BBM eceran Rp3 ribu hingga Rp5 ribu rupiah per botol.
“Lebih untung kami menjual di botol ukuran satu liter setengah karena untung kami per botolnya bisa sampai Rp5 ribu,” ia menandaskan.
(red/*/zepry)