Namun, ketika wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan, semuanya berubah menjadi petaka kelam.
Kemenangan Persebaya 3-2 di kandang Arema FC itu ternyata harus dibayar mahal. Itu bermula dari sejumlah Aremania yang kesal karena timnya menderita kekalahan.
Sejumlah orang kemudian turun ke lapangan menghampiri pemain untuk memberikan kritik dan motivasi. Namun, tidak sedikit juga yang membuat onar di dalam lapangan.
Langkah tersebut kemudian diikuti ribuan Aremania. Suasana makinย chaos.ย Aparat keamanan lalu menembakkan gas air mata ke dalam lapangan, tepatnya di tribun selatan dan tribun utara.
Tujuan aparat keamanan menembak gas air mata untuk membubarkan suporter. Namun, tembakan gas air mata itu ternyata berubah menjadi malapetaka.
Para penonton panik, mata perih, dan berdesak-desakan menuju pintu keluar stadion. Nahasnya, sejumlah pintu stadion, termasuk Gate 13, tidak sepenuhnya terbuka.ย Stewardย atau petugas penjaga pintu juga tidak ada di tempat.
Banyak korban jatuh karena sesak napas. Sebagian juga terhimpit dan terinjak-injak karena berusaha menyelamatkan diri dalam kepanikan.
Di pertandingan sepak bola, penggunaan gas air mata sangat tidak dibenarkan. Induk organisasi sepak bola dunia, FIFA, melarang hal tersebut. Itu tertuang pada pasal 19 huruf b dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations.