Dari pantauan awak media hari ini dipenuhi pelajar yang mengenakan atasan putih dan bawahan hitam. Selain itu, mereka juga mengenakan udeng dari hasduk dan gonseng serta selendang tari warna merah.
Dengan atribut yang mereka miliki, semua pelajar terlihat serentak menari dalam proses rekor dunia MURI. Di sisi lain, dalam sambutannya Walikota Surabaya, Eri Cahyadi ingin menjadikan tari Remo sebagai ekstrakurikuler di setiap sekolah.
“Bukan gerakannya yang menjadi utama, tapi filosofi dari tarian Remo. Bagaimana filosofi dalam tari Remo tertanam dalam jiwa arek-arek Suroboyo,” kata Eri ditemui di tempat yang sama.
elalui pecahkan Rekor MURI ini, Eri Cahyadi berharap jiwa seni dan budaya tertanam dalam diri para pelajar. Sekalipun digempur budaya asing, pelajar di Surabaya tetap mengerti dan cinta kebudayaannya sendiri.
Terakhir, mantan Kepala Bappeko Surabaya ini juga mengapresiasi seluruh sekolah dan pelajar yang terlibat. “Awalnya ditargetkan hanya 10 ribu pelajar, tapi banyak sekolah yang mendaftar hingga mencapai 65 ribu lebih,” imbuhnya.
Untuk diketahui, penghargaan Rekor MURI ini diberikan langsung oleh Direktur MURI, Yusuf Ngadri kepada Walikota Surabaya, Eri Cahyadi.
[Redho]