Dengan populasi sedemikian banyaknya kenyataan dilapangan menujukkan pula tantangan yang banyak dalam meningkatan dan membangun partisipasi tersubut, diantaranya kurangnya kesadaran politik dikalangan generasi milinial dan Gen Z, masih banyak yang menganggap bahwa politik hanya milik orang tua dan ketidak sadaran tentang peran mereka yang begitu besar dalam proses ini, selanjutnya pengaruh politik uang dan poltik praktis yang kemudian membuahkan spekulasi pada generasi penerus ini bahwa proses pemilu dan kegiatan politik tidak berintegritas yang bertentangan dengan karakter Confidence serta mendiri yang mereka miliki.
Menurut penulis pendidikan politik menjadi usaha utama dalam membangun pemahaman yang baik tentang demokrasi dan proses pemilu.
Dengan pemahaman yang baik partisipasi dapat benar – benar diarahkan bukan hanya sekedar menggunakan hak pilih tetapi juga ikut andil dalam berbagai tahapan pemilu yang dilaksanakan, entah menjadikan dirinya sebagai bagian dari penyelenggara pemilu atau menjadi bagian dari anggota peserta pemilu bahkan calon legilatif.
Pendidikan politik harus memberikan pemahaman yang senada dengan menyesuaikan karakter generasi, menyajikannya dengan nuansa kekinian yang mampu masuk pada dunia generasi milinial dan Gen Z serta mampu menjangkau ruang dimana mereka bernaung seperti melaksanakan pendidikan politik yang berintegritas dan kontekstual di kampus, sekolah dan pondok pesantren dimana generasi ini banyak kita jumpai disana. Pendidikan politik yang baik mampu mampu membangun pemahaman betapa pentingnya hak suara dan peran mereka dalam mempengaruhi masa depan bangsa.