Kapolres menekankan pentingnya mengambil langkah-langkah preventif untuk mengurangi risiko bencana, baik yang disebabkan oleh faktor manusia maupun faktor alam.
“Kami juga akan mendirikan posko di wilayah-wilayah rawan bencana untuk mengoptimalkan kinerja dan memudahkan koordinasi. Selain itu, kami akan memberikan nomor telepon darurat untuk mempermudah masyarakat melaporkan kejadian bencana serta memasang tanda petunjuk menuju lokasi yang aman,” lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPBD Lamongan, Joko Raharjo, memaparkan bahwa suhu di Lamongan mencapai 37°C, yang merupakan suhu tertinggi di Jawa Timur.
“Bencana tidak bisa kita prediksi dan sering kali terjadi di lokasi yang sama. Ada sembilan potensi bencana yang bisa terjadi di Lamongan, dengan banjir genangan dan banjir bandang menjadi ancaman utama, meskipun potensi banjir bandang cukup minim,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa gempa bumi merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi, sehingga kesiapsiagaan sangat penting untuk melindungi masyarakat.
Terkait kekeringan, beliau menyampaikan bahwa kekeringan di Lamongan mulai terjadi pada akhir Juli 2024, mundur sekitar 1,5 bulan dibandingkan tahun sebelumnya. Potensi kebakaran di tahun ini juga mengalami penurunan, meskipun masih ada risiko, terutama yang disebabkan oleh puntung rokok.