“Hal tersebut menunjukkan partisipasi aktif pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam penemuan kasus TB,” ucapnya.
Ia pun juga menambahkan jika Capaian Treatment Success Rate (TSR) TBC di Sidoarjo tahun 2023 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2022. Hal itu menjadi trend positif bahwa penanganan untuk penderita TB meningkat. Penemuan terduga TB dan kasus TB di fasyankes, utamanya rumah sakit swasta dianggap belum optimal. Selain itu, Masih tingginya angka loss to follow up dan pasien mangkir sebelum selesai pengobatan juga menjadi penyebab meningkatnya angka TBC.
“Ada sekitar 300 pasien yang loss to follow up dari penanganan kita. Angka kematian juga menurun yakni sekitar 3,22% dari 5 ribu lebih kasus yang kita tangani. TB ini bukan aib dan masyarakat dihimbau untuk terbuka demi kesembuhan,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA), Siti Setiyani menyampaikan telah konsen melakukan riset dan pencegahan dini terkait sebaran TB di wilayah Sidoarjo sejak tahun 2021 lalu.
“Investigasi dan pelacakan penderita TB menjadi salah satu hal penting untuk pencegahan dini. Pelacakan ini salah satunya dengan membentuk desa tanggap tuberkulosis, dimana warga melalui pemerintah desa dan kader kesehatan diajak untuk lebih peduli terhadap penderita TB, khususnya orang-orang di sekitarnya,” jelasnya.